Nukabkediri.or.id- Lirboyo berselimut duka. Rabu, 16 Juni 2021, sekitar pukul 04.30 WIB Agus Abdul Qodir Ridlwan berpulang ke rahmatullah. Cak Qodir, sapaan akrab beliau, berusia 43 tahun ketika mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Kediri. Kepulangan beliau meninggalkan sang istri, Ning Maryam Mushofatul Hasna.
Agus Abdul Qodir Ridlwan / Cak Qodir adalah putra KH. Ridlwan Abd. Rozzaq yang ke-9. Sang ibu, Nyai Hj. Ruqoyyah adalah putri pertama KH. Marzuqi Dahlan, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo generasi ke-2.
Darah juang Cak Qodir adalah keturunan dari para pejuang dan penyebar agama Islam. Yakni jika ditarik dari garis keturunan ibunya Nyai Hj Ruqoyah adalah putri KH Marzuqi Dahlan (Lirboyo) , Kiai Marzuqi adalah putra KH Dahlan pendiri Ponpes Jampes Kediri , Kiai Dahlan adalah putra dari Nyai Ujang Saleh ,Nyai Ujang Saleh (Nyai Istianah) binti Mbah Mesir bin Kiai Yahudo Bin Dipokerti Bin Sueb bin Martolo bin Kahito bin Tokahito bin Sumelip bin Panembahan Senapati Bin Ki Ageng Pemahanan. | Catatan : Kiai Ujang Saleh gari keturunan dari Sunan Gunung Jati ( Sumber : Gus Sentot bin KH Malik bin KH Ihsan bin Kiai Dahlan, Jampes Gampengrejo Kediri)
Kiai Marzuqi menikah dengan Nyai Maryam binti KH Abdul Karim dari hasil pernikahannya dengan Nyai Domroh binti Kiai Sholeh Banjarmlati. Dari garis kakek dan nenek nanti akan bertemu pada sumber yang sama.
Sedangkan dari nenek Cak Qodir adalah cicit Nyai Artimah (istri Kiai Dahlan) binti Kiai Sholeh Banjar Mlati bin Kiai Abror yang menikah dengan Nyai Abror putri dari Kiai Zainal Abidin Banjarmlati (Kiai Abror adalah keturunan dari Pangeran Sambudigdo Lasem).KH Zainal Abidin bin Moh Ali Bin Kiai Ambya’ bin Kiai Basyaruddin bin Kiai Abdurrahman bin Kiai Abdullah Mursyad (Raden Gajah Gamada- makam Setono Landeyan Grogol Kediri) bin Pangeran Demang II ( makam Badal Ngadiluwih) bin Pangeran Demang I / Ratu Jalu Adipati Kediri bin Panembahan Wiro Asmoro (makam Setono Gedong Kediri) bin Sunan Prawoto Demak bin SultanTrenggono Demak bin Raden Patah bin Brawijaya V /Raja Majapahit. (Sumber KH Sholeh bin Kiai Abdul Djalil bin KH Abu Bakar Bandar Kidul)
Jenazah Cak Qodir disholatkan di Masjid Agung Lawang Songo Lirboyo dan dimakamkan di makam keluarga yang terletak di sebelah barat Masjid Al-Hasan.
Usia selalu menjadi misteri yang tak seorang pun dapat menerkanya. Tidak ada yang menyangka Cak Qodir berpulangdi usia yang masih tergolong muda.
Keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo, baik dzuriyyah, pengurus, santri, hingga alumni, pastilah merasa kehilangan sosok yang berkhidmah sebagai ketua umum Pondok Pesantren Lirboyo dan Lembaga Ittihadul Muballighin ini.
Apalagi beliau dikenal sebagai khadim yang totalitas dalam mencurahkan segenap tenaga dan pikiran, serta ikhlas tidak mengharapkan imbalan sepeser pun.
Ribuan postingan bela sungkawa atas wafatnya Cak Qodir beserta kenangan tentang beliau membanjiri media sosial pada hari kepulangan beliau.
Ada postingan yang menampilkan sosok beliau sedang menyeberangi sungai menggunakan sampan demi menyukseskan kegiatan safari dakwah santri Lirboyo yang diselenggarakan di Sosok, Kalimantan Barat, yang lokasinya hanya dapat diakses lewat sungai.
Ada pula yang menampilkan sosok beliau sedang menuju calon lokasi pondok cabang Lirboyo yang mesti ditempuh dengan berjalan kaki melewati perkebunan sawit dan semak belukar.
Pondok Pesantren Lirboyo dipimpin Cak Qodir dengan dedikasi yang sangat tinggi. Pembangunan pondok yang dalam beberapa tahun ini mengalami peningkatan pesat, perluasan lahan pondok, dan didirikannya beberapa pondok cabang tidak lepas dari jerih payah dan tetes keringat beliau.
Ya, tetes keringat, secara harfiah, karena beliau betul-betul terjun langsung ke lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan dan hajat pondok pesantren.
Cak Qodir pulalah yang berada di balik pembentukan Lembaga Ittihadul Muballighin (LIM), lembaga dakwah di bawah naungan Pondok Pesantren Lirboyo. Beliau adalah sosok yang diberi mandat langsung oleh KH. Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo saat itu, untuk membentuk lembaga yang bisa menyalurkan santri-santri Lirboyo agar berdakwah di tengah-tengah masyarakat.
Puluhan delegasi santri Lirboyo dikirim ke beberapa desa di Kediri setiap malam Jum’at untuk berdakwah dan bergaul dengan masyarakat. Setiap bulan Ramadhan, ribuan santri Lirboyo disebar ke berbagai penjuru Nusantara untuk berdakwah dalam rangka Safari Ramadhan.
Banyak sekolah dan madrasah di Kediri yang pengajar agamanya merupakan santri Lirboyo. Itu semua adalah hasil perjuangan LIM di bawah komando Cak Qodir. Bahkan, setahun belakangan ini, beliau pula yang menginisiasi dibentuknya LIM Production yang berdakwah via media sosial.
Sebagai pribadi, Cak Qodir adalah sosok yang mudah bergaul, murah senyum, dan senang bercanda. Sedangkan sebagai pemimpin, beliau adalah sosok yang tegas, berwibawa, dan mampu menyelesaikan persoalan dengan bijaksana. Betapa kepulangan beliau meninggalkan kesan dan kehilangan yang mendalam.
Di tengah-tengah kesibukan beliau yang sangat padat pun tak membuat Cak Qodir meninggalkan urusan keluarga. Beliau turut merawat sang ibu yang terbaring sakit hingga akhirnya wafat. Sang ibu wafat hanya 13 hari sebelum beliau mangkat. Beliau betul-betul ‘menyusul’ kepulangan sang ibu.
Pada akhirnya takdir harus direlakan. Sekeras apa pun berusaha, takdir tak dapat dibatalkan. Cak Qodir sudah tiada, meninggalkan peninggalan yang luaf biasa. Peninggalan yang harus terus dirawat dan semoga menjadi amal jariyah yang tak pernah putus untuk beliau. (aro)
(Penelusuran Imam Muborok -Dosen Fakultas Dakwah IAI Tribakti Lirboyo Kediri wartawan www.merdeka.com)