Semangat Cinta Tanah Air dan Loyalitas Terpatri di Apel Akbar Ansor-BANSER Kabupaten Kediri

NUKabkediri.or.id – Ribuan anggota Ansor dan BANSER dari berbagai penjuru Kabupaten Kediri berkumpul di sebuah lapangan luas pada Minggu pagi (10/11/2024) di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kediri. Suara langkah kaki yang mantap bergema di tanah lapang, menyatu dalam harmoni barisan yang rapi. Mengenakan seragam kebanggaan, mereka berdiri tegak, saling menyapa dengan tatapan penuh kebersamaan dan semangat perjuangan.

Semua bersiap untuk mengikuti Apel Akbar Ansor-BANSER se-Kabupaten Kediri, sebuah momen penting bagi organisasi pemuda NU ini.

 

Bagi mereka, hari ini bukan sekadar apel rutin. Ini adalah panggilan jiwa, kesempatan untuk memperbarui komitmen dan memantapkan langkah sebagai penjaga nilai-nilai kebangsaan dan agama.

 

 

Di bawah sinar matahari yang menghangatkan, Pemimpin Apel, Kanzul Fikri atau akrab disapa Gus Fikri, berdiri di depan ribuan anggota yang menunggu pesan darinya.

 

Gus Fikri, Ketua PC GP Ansor Kabupaten Kediri, membuka arahannya dengan menyampaikan rasa bangganya pada para kader yang hadir.

 

 

Sambil memandang barisan anggota Ansor dan BANSER yang berdiri tegak di depannya, ia mengingatkan tentang warisan besar yang telah diberikan oleh para pahlawan bangsa, yaitu kemerdekaan.

 

 

Bagi Gus Fikri, kemerdekaan Indonesia bukanlah sesuatu yang diterima begitu saja, melainkan hadiah yang diperjuangkan dengan darah dan air mata para pejuang.

 

 

“Perlu diingat, sahabat-sahabat, kita diwarisi sesuatu yang sangat besar dan mulia, yaitu kemerdekaan Republik Indonesia. Maka dari itu, pesan saya kepada kader Ansor dan BANSER, jangan pernah lelah mencintai Indonesia,” tegasnya.

 

 

Kata-kata tersebut menggema di lapangan, menyentuh hati setiap anggota yang mendengarnya. Dalam suasana hening, tampak sorot mata mereka yang penuh dengan tekad, seolah mencerminkan janji dalam hati untuk setia mencintai negeri ini.

 

Namun, Gus Fikri tidak hanya berbicara tentang cinta tanah air. Ia juga menyinggung soal pentingnya loyalitas terhadap organisasi dan para Kyai NU.

 

 

Baginya, Ansor bukanlah sekadar organisasi pemuda biasa, melainkan amanah dari pendiri NU, Mbah Hasyim Asy’ari. Di hadapan ribuan anggota yang hadir, Gus Fikri menekankan bahwa di Ansor dan BANSER, kata ‘siap’ menjadi jawaban mutlak setiap kali para Kyai memanggil.

 

“Kita diamanati oleh Mbah Hasyim Asy’ari, diwarisi organisasi ini untuk berkhidmat kepada organisasi dan masyarakat. Pantang bagi kita untuk tawar menawar perintah dari Kyai atau masyayikh NU selain kata siap,” ujarnya dengan penuh ketegasan.

 

 

Bagi anggota Ansor dan BANSER, pesan ini adalah pengingat sekaligus penegasan bahwa kepatuhan pada Kyai NU adalah fondasi utama dalam organisasi.

 

Ketika Gus Fikri melanjutkan arahannya, suaranya semakin tegas dan penuh ketetapan hati. Di hadapan para kader, ia menegaskan bahwa GP Ansor adalah organisasi yang tidak bisa dimanfaatkan oleh pihak lain.

 

 

Setiap kader diingatkan untuk menjaga integritas dan menolak segala bentuk intervensi yang berpotensi menyimpangkan tujuan organisasi.

 

 

Baginya, Ansor harus tetap setia pada prinsip pengabdian kepada Kyai NU dan bangsa, tanpa tergoyahkan oleh godaan dari pihak manapun.

 

“Kami, GP Ansor, tidak patuh selain kepada Kyai-Kyai NU. Jangan ada yang coba-coba melobi kami, jangan ada yang coba-coba merayu kami. Kalau ada yang coba-coba, tabrak,” kata Gus Fikri dengan suara yang bergetar, namun penuh ketegasan.

 

 

Pesan ini disambut tepuk tangan meriah dari seluruh anggota yang hadir, seolah membangun tekad kolektif untuk tetap kokoh di jalan perjuangan mereka.

 

Di akhir apel, suasana lapangan dipenuhi kehangatan kebersamaan dan semangat perjuangan.

 

 

Bagi para anggota Ansor dan BANSER yang hadir, pesan Gus Fikri bukanlah sekadar kata-kata, melainkan sebuah janji dan panggilan. Janji untuk setia pada Indonesia, untuk selalu patuh pada Kyai, dan panggilan untuk terus mengabdi demi menjaga kedamaian dan kedaulatan bangsa.

 

 

Di hari itu, semangat kebangsaan dan keagamaan mereka semakin kuat terpatri, menjadikan mereka lebih dari sekadar barisan pemuda, tetapi juga penjaga warisan dan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pahlawan.  (***)

 

Editor : Imam Mubarok

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *